Kontestasi,
Kapitalisasi dan Liberalisasi Budaya
(Miss World)
Saat ini sedang ramai
isu mengenai Miss World yang akan diselenggarakan di Indonesia, Bali. Apakah
Miss World itu?. Miss World adalah sebuah ajang kontestasi kecantikan yang
pesertanya dari berbagai Negara dengan penilaian dari sudut pandang: beauty,
brain, dan behaviour. Di saat itu
pula pro-kontra mengenai kegiatan ini sedang ramai diperbincangkan. Dari pihak
yang pro, kegiatan ini adalah bentuk wujud promosi wilayah Indonesia, khususnya
Bali dari segi pariwisata. Tidak hanya itu, kegiatan ini mampu meningkatkan
devisa Negara dengan menghadirkan para wisatawan lokal dan asing. Di satu sisi yang kontra pun mengatakan bahwa
ajang kontestasi ini hanyalah bentuk eksploitasi wanita dengan konsep beauty, brain, dan behaviour. Tidak hanya itu, ajang seperti ini bukan bagian dari culture ketimuran bangsa Indonesia, dan
lebih bersifat bisnis semata tanpa melihat nilai-nilai kearifan lokal. Terlepas
dari itu semua, ajang kontestasi tingkat dunia ini sudah berlangsung cukup lama
dan telah melahirkan perempuan-perempuan yang bisa hadir diruang publik.
Memang bila dilihat
dari kacamata bisnis, ajang ini tak ubahnya merupakan kapitalisasi modern yang
dikemas semenarik mungkin. Salah satunya dengan paradigma bahwa wanita modern
itu harus memilliki kreateria beauty,
brain, dan behaviour. Tidak hanya
itu wanita pun harus mencoba berkarier diruang publik dan memiliki kesempatan
yang sama dengan laki-laki. Pemikiran seperti itu biasa disebut Femenisme atau Gender. Dalam hal ini, perempuan diperbolehkan berkarier diruang
publik, namun ada batasan yang sesuai dengan kaidah atau norma tertentu.
Seperti perempuan diperbolehkan aktif dalam kegiatan sosial, agama, budaya dan
politik.
Perempuan modern harus
bisa mengikuti trend, sekalipun harus
berbusa terbuka karena itu merupakan
tuntutan zaman dan bagian aktualisasi diri. Hal itu yang harus dihindari dari
perubahan zaman tersebut. Jangan perempuan hanya dijadikan objek eksploitasi atau
komoditi yang mengarah kepada kerendahan derajat perempuan dimata dunia. Memang
fenomena modern ini bagian yang tak terlepas dari perubahan sebuah zaman yang
hari demi hari semakin berkembang. Namun nilai-nilai modern jangan sampai
menghancurkan esensi nilai luhur etika, sopan santun, yang diwariskan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia ini.
Kembali lagi ke isu
utama, Miss World sudah adalah bagian dari liberasasi budaya barat untuk
menghancurkan budaya timur. Zaman modern seperti ini banyak sekali cara untuk
menghancurkan sebuah bangsa dan salah satunya dengan pola pikir baik itu dari
sudut pandang: Food, Fun, dan Fashion. Dari ketiga sudut pandang
tersebut, ajang Miss World sangat
dekat dengan Fashion. Alasannya
karena beberapa fashion yang
digunakan dalam ajang ini adalah pakaian dalam wanita yang seharusnya bersifat
tertutup. Memang sangat nampak jelas bahwa ajang ini dipelopori oleh modal
kapital yang kuat, sehingga acara megah bertaraf dunia ini rutin dilaksanakan
setiap tahunnya. Dari sisi binis pun sangat menggiurkan bilamana acara Miss World dihubungkan dengan
produk-produk kecantikan seperti, kosmetik, pakaian dan produk bisnis lainnya.
Indonesia merupakan
Negara modern yang masih memegang nilai-nilai ketimuran. Dengan begitu faham
liberasasi pun muncul ditengah-tengah era modern. Maksud dan tujuannya adalah
ingin mendoktrin bangsa ini untuk meliberaliasasikan budaya yang masih dipegang
sama adat ketimuran dengan mengikuti peradaban dunia barat. Memang ajang Miss World ini peserta dituntut untuk
bisa berpikir cerdas secara kognitif namun menghilangkan kecerdasan spritual
dan etika sopan santun ketimuran. Jadi mau tak mau peserta Miss World harus
berpikir liberal, terbuka dan pragmatis. Tidak hanya itu, peserta Miss World diskonstruksikan sebagai
perempuan langsing, tinggi, dan memiliki kepribadian menarik/unik.
Jadi bisa disimpulkan
bahwa ajang kontes Miss World merupakan bagian rencana besar segelintir
kelompok yang ingin menularkan virus kapitalisasi, eksploitasi perempuan,
liberalisasi budaya, dan doktrinisasi kebumi Indonesia. Bukan hanya itu
Indonesia yang merupakan negara demokrasi yang harus ikut serta dalam peradaban
barat, dan kita sebagai warga negara Indonesia menolak keras karena tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya yang anut bangsa ini. Banyak cara untuk
mengangkat citra perempuan agar lebih beradab, diantaranya dengan memuliakan
perempuan dengan busana sopan. Dan banyak cara pula untuk mempromosikan bangsa Indonesia
ini kepada dunia, dengan metode yang lebih bijak dan beradab tanpa menggangu
kearifan lokal bangsa ini.