Manusia
adalah makhluk yang sempurna, ia memiliki akal dan pikiran serta hati nurani
yang tidak dimiliki oleh makluk hidup lainnya. Tidak hanya itu manusia pun
derajatnya lebih tinggi di sisi Tuhan ketimbang makhluk lainnya. Seiring perkembangan
zaman dan peradaban, manusia kadang khilaf atau hilang kesadaran yang selalu
mengikuti hawa nafsu semata tanpa mampu mengendalikan diri. Beberapa belakang
terakhir saya sering melihat, mendengar, mengamatin dan menyimak berbagai macam
kasus pembunuhan antar manusia. Baik itu dilakukan secara kolektif maupun
individual. Kita bisa lihat bagaimana seorang ibu membunuh anaknya, atau mantan
kekasih membunuh atas dasar cemburu, perselingkuhan dan banyak kasus lain yang
mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang ditangan pembunuh dan tak lain
pembunuhnya orang terdekatnya. Dalam seminggu terahir ini pun ada kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih balita di
Padelarang. Ia membunuh anaknya karena ada tekanan ekonomi. Kemudian ada
pembunuhan berencana yang menewaskan seorang mahasiswi yang bernama Ade Sara
ditangan mantan kekasihnya dengan dibantu oleh pacarnya. Dan terakhir pembuhan
ABG yang dilakukan oleh mantan kekasihnya secara terencana dan berkelompok.
Memang
bila dilihat dari sejarah peradaban pembunuhan manusia pertama kali dilakukan
oleh Anak Nabi Adam yang bernama Qabil terhadap Habil. Motif pembunuhan Qabil karena
adanya rasa iri kepada Habil. Qabil merasa perjodohan yang dilakukan sang ayah
tidak tepat karena kembarannya itu tidak secantik kembaran Habil. Dari kisah
sejarah tersebut, telah menggambarkan bahwa manusia itu cenderung mengikuti
hawa nafsu, iri, dan egois tanpa
mempertimbangkan sisi kepatuhan dan kepantasan. Di zaman modern pembunuhan atas
dasar kecemburuan, perselingkuhan, dendam, tekanan ekonomi dan sosial mudah
dilakukan. Padahal manusia tidak berhak mencabut nyawa seseorang melainkan
hanya Tuhan yang berhak tapi itu manusia dengan segala kebodohannya. Ketika seseorang
membunuh orang lain berarti rasa empati, simpatik, spritual dan religiusnya
sudah menghilang, bahkan sudah tidak mengindahkan keberadaan Tuhan. Tingkat pendidikan
seseorang pun tak menjamin ia berprilaku sepantasnya manusia bahkan manusia
yang berpendidikan pun kadang lebih keci ketimbang yang tak berpendidikan
tinggi.
Oleh
karena itu setiap manusia harus selalu mengingat Tuhan agar terhindar dari
sikap-sikap arogansi dan egois yang berakibat terbunuhnya nyawa seseorang. Tidak
hanya itu, manusia modern telah sibuk dengan urusan dunia yang membuat
lupa akan urusan setelah dunia ini. Terlebih lagi manusia modern ini kadang
bersikap individualistik, yang hanya mementingkan kepentingan pribadi saja
tanpa melihat atau menoleh ke orang yang membutuhkan. Terlepas itu semua,
seharusnya manusia modern itu mampu menggunakan hati dan pikiranya untuk
berbuat baik kepada sesama, karena kebaikan itu telah diajarkan atau diwariskan
oleh para nenek moyang manusia. Seperti biasa, hati ini akan menolak ajaran
atau anatsir buruk yang akan dilakukan oleh individu namun setelah kejadian
barulah penyesalan itu tiba. Sebelum terjadi penyesalan sebaiknya manusia harus
berpikir rasional dan harus meningkatkan spiritualitasnya agar mampu
mengendalikan dirinya dengan sebaik mungkin.
Jadi
pembunuhan dan hilangnya nyawa seseorang itu bisa terhindar jika manusia
sama-sama saling menghormati, menghargai, menyayangi dan itu semua terangkum
dalam sebuah kata yang namanya “Cinta”. Ketika cinta itu ternodai oleh rasa
ingin membunuh atau menyakiti orang lain maka esensi cinta itu perlahan mulai
pudar bahkan hilang. Cara merawat cinta itu sebaiknya libatkan nilai-nilai
spiritual yang akhir dari itu semua adalah kebahagian.
#14Maret2014 Peace Love In Respect